Mengenai Saya

Foto saya
an ordinary person who always try to be better and better

when they have stories


Cerita Kak Fairuz,,,,,,,,


CERITA PERTUKARAN PEMUDA, NIKMATNYA TIDAK SEKOLAH DAN BISA BERBAHASA INGGRIS
 Mengikuti program pertukaran pemuda adalah cita- cita saya sejak kembali dari Amerika Serikat tahun 1996 ketika mengikuti tugas belajar Ayah. Saya hanya ingin kembali sendiri tanpa mengeluarkan uang orangtua. Saya beberapa kali mengikuti berbagai seleksi untuk bisa sampai lagi ke dunia belahan barat, termasuk program pertukaran pemuda ke beberapa negara yang menjadi program tahunan Menteri Pemuda dan Olahraga. Setiap tahun Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga mengadakan seleksi pertukaran pemuda ke beberapa negara seperti Kanada, Jepang dan negara-negara wilayah ASEAN, Malaysia, Cina, Australia, Korea, dan India. Aceh setiap tahun baru mendapat kuoata pertukaran pemuda ke Kanada, Jepang dan wilayah ASEAN, Australia dan Malaysia.

Saya berangkat mengikuti Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada (PPIK) atau diterjemahkan sebagai ICYEP (Indonesia-Canada Youth Exchange Program), program pertukaran pemuda kerjasama Menteri Pemuda dan Olahraga dan Canada World Youth (CWY) yang sudah berlangsung selama 36 tahun.

CWY yang kini sudah berusia 40 tahun, lahir dari ide besar Jacques Hébert, seorang penulis, editor, politisi dan petualang berkebangsaan Kanada, yang sudah berkelana ke lebih dari 130 negara di dunia. Dia memiliki komitmen tinggi bagi anak muda dan ingin agar kehidupan antarbudaya menjadi saling berdekatan. Tak mengherankan kalau hingga saat ini CWY sudah menghasilkan lebih dari 34.000 alumni program dengan jumlah 1.000.000 jam kerja relawan di berbagai kelompok masyarakat di dunia.

Tahun ini Saya berangkat bersama 27 pemuda lainnya dari 27 provinsi di Indonesia, karena setiap tahun tidak seluruh provinsi diikutkan. Kami mengikuti seleksi di masing- masing Dinas Pemuda dan Olahraga provinsi pada awal bulan April. Sebelum berangkat pada bulan September, kami dibekali pengetahuan tentang nusantara, kepemudaan, kerjasama kelompok dan tentu saja pelatihan ketat tentang budaya dan kesenian daerah selama 2 minggu. 2 minggu yang sangat mengesankan karena kami diputuskan dari kontak dunia luar dan dikejar dengan agenda pembekalan yang sangat padat, menghafal belasan lagu daerah dan nasional, dan menguasai berbagai tarian daerah.

Pada program ini, kami akan tinggal selama 3 bulan di Kanada dan 3 bulan di wilayah pedesaan Indonesia. Tahun ini untuk wilayah Kanada mengambil lokasi penempatan di Halifax (Nova Scotia), Truro (Nova Scotia), dan tempat saya berada sekarang di Charlottetown (Prince Edward Island). Lokasi penempatan untuk wilayah Indonesia berada di Cisompet (Depok), Seigohong (Palangkaraya, Kalimantan Tengah) dan Cikandang (Garut, Jawa Barat).

Kami juga dipasangkan dengan pemuda Kanada yang menjadi pasangan kita tinggal bersama untuk berbagi dan membantu dalam banyak hal. Pasangan Saya berasal dari Vancouver, British Columbia. Secara tidak sengaja, kami sama- sama berasal dari wilayah paling barat di negara masing- masing, dan tempat tinggal kami sama- sama terkenal sebagai penghasil ganja atau marijuana.

Setiap hari dalam setiap minggunya, kami melakukan berbagai kegiatan. Hari Senin kami habiskan melakukan kegiatan berkelompok apapun atau disebut sebagai group activity, termasuk secara berkelompok mendatangi suatu tempat untuk studi lapangan. Kami akan mengajarkan tarian, nyanyian, bahasa Indonesia, atau sebaliknya teman- teman Kanada yang berasal dari Quebec, yang notabene berbahasa Perancis, akan mengajarkan bahasa Perancis. Hari Jum’at kami habiskan untuk Educational Activity Day atau EAD. Setiap pasangan counterpart mendapatkan kesempatan merancang 1 hari EAD sesuai dengan tema yang mereka pilih, mulai dari melakukan circle check atau opini dalam lingkaran, diskusi, permainan, studi lapangan, menggambar, dan berdiskusi. Saya dan pasangan saya mendapat tema tentang “Rural and
Urban Development in PEI” yang  sudah sukses berjalan pada tanggal 18 November lalu.

Pada hari Selasa sampai Kamis, kami tidak bertemu sebagai kelompok. Kami bekerja sebagai volunteer atau relawan di masing- masing penempatan kerja. Saya sendiri, bersama seorang pasangan dari Saskatchewan bekerja sebagai relawan di departemen rekreasi di nursing house Prince Edward Home, yang merupakan sebuah panti jompo milik departemen kesehatan PEI. Teman- teman lainnya bekerja di tempat berbeda seperti tempat penitipan anak, organisasi flora di hutan, asosiasi bagi kaum pendatang/imigran di PEI, organisasi rehabilitasi dan rekonstruksi, organisasi non pemerintah urusan wanita, departemen rekreasi remaja, atau sebagai relawan fasilitator kegiatan usai sekolah di taman kota, Victoria Park.

Seluruh kegiatan rutin yang kami lakukan rata- rata mulai pukul 09.00- 16.00. Pada jam lainnya, atau pada akhir pekan kami akan jalan- jalan atau sekedar berkumpul bersama grup atau keluarga angkat yang mengasuh selama kami di sini. Kami juga aktif mengikuti berbagai kegiatan di komunitas sebagai relawan atau menghadiri kegiatan publik. Kami menjadi relawan dalam lomba lari marathon tahunan, melakukan penanaman pohon di hutan, mengikuti kursus tarian tradisional Kanada, yakni Square Dance, sebuah tarian berpasangan yang familiar terlihat di film Titanic,  masak bersama di Kitchen Soup untuk orang- orang tidak mampu, melakukan tur di CBC, radio dan televisi berita terkemuka Kanada, menghidangkan makanan untuk makan malam komunitas, dan melakukan beberapa penampilan kesenian di Global Jam, panti jompo, dan kampus University of Prince Edward Island.

Kegiatan publik yang kami lakukan diantaranya mengikuti diskusi rutin tentang perkembangan kota Charlottetown, menghadiri beberapa diskusi film dokumenter, peluncuran buku dan film, aksi protes, penampilan musisi lokal di toko musik, dan lainnya. Belum lagi aktivitas pribadi kami ke perpustakaan, ke gereja, jalan- jalan menikmati kota dan menghadiri berbagai seremonial dan kegiatan budaya lainnya.

Kami difasilitasi supervisor atau pengawas program yang masing- masing berasal dari Kanada dan Indonesia, yang sudah tinggal bersama komunitas yang kami tempati untuk beberapa bulan sebelum kami datang. Mereka juga mendapat pelatihan rutin, sehingga kemampuannya sangat terasah dan berkualitas tinggi. Kesehatan dan keamanan kami juga sangat terjaga karena kami mendapat jaminan kesehatan, keluarga yang baik dan makanan yang sangat cukup.

Sejauh ini, Saya merasa teramat sangat beruntung bisa mengikuti program ini. Banyak hal yang sebelumnya saya take it for granted atau terima sebagai hal yang sewajarnya, menjadi hal yang kini banyak Saya syukuri. Salah satunya bisa berbahasa Inggris. Saya sebelumnya mempelajari bahasa Inggris melalui pergaulan sekolah saat tinggal di Amerika Serikat untuk mengikuti orangtua yang melanjutkan studi. Ini tidak menjadi hal yang sulit dan sering saya lihat sebagai sesuatu yang sudah seharusnya bisa saya kuasai untuk mengikuti tuntutan pendidikan. Kemampuan bahasa Inggris hanya saya gunakan untuk mendapat nilai yang bagus di sekolah dan sesekali mencari uang. Tidak ada yang terlalu istimewa. Sampai saya bertemu pertama kalinya dengan teman- teman Kanada di Tatamagouche Centre, Nova Scotia untuk Pre- Orientation Camp.  

Kami bertemu untuk belajar tinggal bersama dan mengikuti kelas Cross Cultural Understanding bersama praktisinya selama 3 hari. Kami terlibat banyak permainan berkelompok, diskusi, menggambar, drama, dan presentasi singkat. Saya bertemu dengan anak muda yang lebih muda dari Saya dari belahan dunia lain untuk berbagi pikiran serta perasaan. Awalnya kami baru mengenal selama 1 hari, tapi kegiatannya sudah membuat kami harus terus berkomunikasi untuk memecahkan berbagai hal, tentang jadwal acara, kebiasaan, pola hidup. aturan, dan isu harian lainnya. Banyak sekali isu yang kami bicarakan dan pecahkan menjadi pemahaman bersama. Saya menyadari betapa kayanya pikiran jika bisa menguasai bahasa internasional ini. Ada perasaan luar biasa ketika kami yang berasal dari latar belakang berbeda membicarakan banyak hal yang sama- sama kami ketahui atau tidak kami ketahui sama sekali sebelumnya, dengan satu bahasa yang kami pahami bersama. Banyak pemahaman yang hadir di benak kami, atas perbedaan- perbedaan yang kami anut.

Bagian paling menarik dari program ini bagi saya karena kami tidak pergi sekolah. Saya menyadari ada kehidupan lain yang bisa saya nikmati selain lari- lari mengejar jenjang pendidikan dan sibuk mencari uang. Kami belajar menghargai pekerjaan dan tanggung jawab sebagai sesuatu yang kami lakukan dengan senang dan bergairah, melalui kehidupan tinggal di negeri orang dan menjadi relawan untuk terlibat secara aktif  dalam suatu komunitas. Kami belajar melalui hal- hal yang kami lihat dan alami, dan tidak melalui buku- buku dan ceramah.

Setiap harinya kami berbicara dan mengenal banyak orang, hidup berdampingan sebagaimana adanya budaya mereka, untuk ikut tapi tidak larut. Kami merasa menjadi penduduk kota tempat kami tinggal, karena di saat bersamaan kami benar- benar berbaur dengan kehidupan masyarakat di sini untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang menjadi bagian hidup mereka. Kami diberi kesempatan untuk tinggal dan bekerja dengan orang- orang di sini dan mendapat perlakuan yang sama. Pendidikan non formal semacam ini tak pernah Saya ekspektasikan akan hadir dalam hidup Saya. Kami tidak mendapat rapor atau nilai- nilai apalagi gelar akademik, tapi saat semua usaha diterima tanpa syarat, kami justru berlomba melakukan yang terbaik bagi komunitas tempat tinggal kami, karena kami senang melakukannya dan ingin membuat mereka senang dengan kehadiran kami. Rasa senang ini adalah perasaan- perasaan yang tak terbeli dan belum tentu diajarkan pendidikan formal yang sangat mahal di manapun.

Kegiatan tinggal di Kanada akan segera berakhir pada pertengahan Desember. 3 bulan selanjutnya Saya bersama teman- teman Indonesia dan Kanada akan melanjutkan program relawan kami di Cikandang, Garut, Jawa Barat untuk melanjutkan tahun ke-3 pembuatan tenaga gas alternatif menggunakan kotoran sapi, pengolahan sampah, serta kegiatan bekerja sebagai relawan untuk beberapa institusi di desa. Sejauh ini kami tidak membayar apa- apa dan bahkan mendapat uang saku setiap minggunya. Mudah- mudahan banyak manfaat yang bisa kami bawa pulang ke provinsi masing- masing dengan berangkat menggunakan uang negara ini.

*versi editannya sudah dimuat di Serambi Indonesia dalam kolom Citizen Report 30 November 2011.

                                             Volunteer in Marathon for 100 yaers National Park



                                     Seluruh peserta perukaran pemuda Indonesia Kanada 2011

Sumber: Fairuziana Humam alumni program pertukaran pemuda Indonesia-kanada perwakilan Aceh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar